Hai SOBAT saya cuma ingin Menerangkan dan lebih menjelaskan apa Itu Finance... terutama bidang Debt Colektor... Sesuai bidang pekerjaan saya selama Kurang lebih 3 tahun bekerja dengan TEAM KOLEKTOR saya... Untuk Pertama saya Jelaskan apa Itu Debt Colektor, Sesungguhnya Tugas pokok ialah Menginggatkan dan Menegur Konsumen/Nasabah yang JTP ( jatuh tempo pembayaran ) sudah melewati batas dan tentunya menjaga hubungan baik antara konsumen dan pihak finance ataupun bank yang bersangkutan.

Next. Kedua Ialah , Menerima Uang anggsuran nasabah serta Memberikan tanda bukti Kuitansi Dari Perusahaan kepada nasabah dengan tidak menambahi, mengurangi, ataupun membawa lari uang nasabah.. Serta Menjaga Kepercayaan Nasabah sampai Pelunasan Nanti.,

Kamis, 14 April 2011

Hutang KOK dibayar "goyang"

Utang Uang Bayar Goyang
DEBT Colector kelakuannya suka aneh-aneh, main teror pada nasabah yang mbeler bayar, sudah dianggap hal biasa. Tapi Ujang, 30, dari Tasikmalaya ini lebih keterlaluan. Karena Ny. Icih, 29, susah bayar cicilan, dia minta kompensasi “goyang” saja.
Keruan saja urusan ini melebar ke polisi, karena wanita itu menolak hasratnya.Yang namanya debt kolektor, memang paling-paling deh. Main gertak, main paksa dan ancam pada nasabah;  sudah menjadi makanannya sehari-hari.
Pihak bank menggunakan jasa mereka, jika sudah kuwalahan mengatasi sendiri. Mau digorok atau “dicolong” langsung dadi rekeningnya,
kebetulan nasabah tak punya uang. Ya sudahlah, debt kolektor yang
kelakuannya macam centeng Belanda itu diturunkan ke lapangan.
Adalah Marna, 38, warga Desa Singkup Kecamatan Purbaratu, Kabupaten
Tasikmalaya (Jabar). Karena tercekik oleh kebutuhan, dia berusaha
pinjam uang ke BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di kotanya. Marna memang
bukan pegawai negri yang punya penghasilan tetap, sumber pendapatannya
hanya dari usaha dagang saja. Dus karena itu pemasukannya tidaklah
ajeg. Kadang banyak, tapi kadang seharian tak dapat untung.
Pada gilirannya, Ny. Icih istrinya tak bisa membayar lancar cicilan bank  meski hanya Rp 200.000,- sebulan. Bayarnya telat melulu dan terakhir sampai nunggak berbulan-bulan. Di sinilah pihak bank lalu ambil jasa debt kolektor muda, namanya Ujang. Orangnya memang sesuai dengan profesinya, tongkrongannya tinggi besar, kumis melintang,bersaing dengan Kapolri kita. Diyakini, hanya dipelototi Ujang, nasabah langsung ketakutan dan bayar utang entah apapun caranya.
Ujang pun segera meluncur ke rumah Marna. Kebetulan tuan rumah tak ada, kecuali hanya istrinya. Tapi begitu lihat Ny. Icih yang cantik dan  seksi itu, semangatnya sebagai debt kolektor luntur. Yang ada justru rasa heran. Masak sih, orang secantik dia punya utang? Masak sih orang semulus dia mau menikah dengan orang miskin yang dikejar-kejar utang bank? “Tapi orang kaya berbini kaya Tomblok juga banyak, Bleh….” kata hati nuraninya.
Kata-kata Ujang tak jadi garang seperti biasanya, dia menagih secara baik-baik. Tapi orang jikalau sedang bokek, ditagih macam apapun juga tetap bokek. Dan itu pula yang disampaikan oleh Ny. Icih, bahwa usaha suaminya sedang lesu. Yakin bakal gagal sebagai duta penagih, Ujang kembali menyapu seisi rumah dengan sudut matanya. Ternyata situasi sungguh aman secara mantap terkendali.
“Kalau begitu, dikompensasi dengan ini saja,” kata Ujang tanpa malu-malu, sambil menggerakkan tangan menggambarkan orang hubungan intim. Tak hanya itu, tangannya pun mulai main  towel tubuh Ny. Icih.
Untungnya, istri Marna ini meski tak punya duit tapi masih punya harga diri. Dia gantian memaki debt kolektor itu dengan bahasa Sunda. Apa yang diomongkan tidak dimengerti, tapi ada kata siak siak segala! Sebetulnya Ujang yang sudah kebelet nafsu, berusaha memperkosa Ny. Icih, tapi keburu Marna pulang.
Sebelum urusan panjang, debt kolektor itu kabur dengan motornya. Tapi esok harinya dia dipanggil polisi Polsek Purbaratu, dimintai tanggung jawab perbuatan kemarin. Dia mengelak hendak memperkosa, hanya salah paham saja. “Bener Pak, dia mau memperkosa. Nih, bukti cakaran dia di lengan saya,” kata Ny. Icih sambil menunjukkan luka di lengannya.
Bisa ditunjukkan luka yang lain, di mana gitu

1 komentar: